WELCOME TO OUR KNOWLEDGE

Selamat Datang...
Koleksi makalah untuk temen-temen S1 Jurusan Tarbiyah beserta tulisan-tulisan menarik lain

Jumat, 29 November 2013

Makalah: Urgensi Guru dalam KTSP



URGENSI GURU DALAM KTSP




MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
PERENCANAAN PENDIDIKAN


Dosen Pembimbing:
Drs. M. Arif AM, MA




Oleh:
=========================
Semester IV



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM “MIFTAHUL ‘ULA”
( S T A I M )
FAKULTAS TARBIYAH PRODI S-1 PAI
Nglawak Kertosono Nganjuk



URGENSI GURU DALAM KTSP
BAB I
PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pendidikan memiliki 8 komponen utama, yakni tujuan, siswa, guru, kurikulum, metode, sarana, materi dan lingkungan. Di mana keseluruhan aspek tersebut saling terkait dan tidak dapat ditinggalkan salah satunya.
Kurikulum yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah kurikulum desentralisasi berbasis kompetensi dan pemberdayaan satuan pendidikan yang disebut dengan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan). Adapun aspek yang tak kalah pentingnya dalam menjalankan kurikulum tersebut adalah guru. Sebab tanpa guru apalah arti sebuah kurikulum, sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa kedelapan aspek di atas tidak akan dapat dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas bagaimana pentingnya guru dalam kurikulum, bagaimana pentingnya guru dalam KTSP dan hal – hal yang berhubungan dengan itu.

2.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat ditemukan rumusan-rumusan masalah sebagai berikut:
  1. Apa urgensi guru dalam pendidikan?
  2. Bagaimana urgensi guru dalam KTSP?

3.      Tujuan Pembahasan
Dari rumusan masalah di atas maka dapat diketahui tujuan pembahasan, yaitu:
1.      Untuk mengetahui urgensi guru dalam pendidikan.
2.      Untuk mengetahui urgensi guru dalam KTSP.




URGENSI GURU DALAM KTSP
BAB II
PEMBAHASAN


A.    DEFINISI GURU
Guru merupakan pendidik profesional, guru harus mampu menjadi motivator bagi murid-muridnya. Tujuan utama seorang guru adalah mewujudkan keinginan seseorang menjadi kenyataan, selain itu konsekuensinya yaitu harus dapat membuat orang lain "bisa". Guru yang baik adalah guru yang mampu memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
Guru disebut pendidik profesional sebab secara tidak langsung ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua tida mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru.[1]
Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan (guru/ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Mujadalah: 11
"… Dan Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…"

B.     URGENSI GURU DALAM PENDIDIKAN
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pendidikan memiliki 8 komponen utama, yakni tujuan, siswa, guru, kurikulum, metode, sarana, materi dan lingkungan. Di mana keseluruhan aspek tersebut saling terkait dan tidak dapat ditinggalkan salah satunya[2].
Salah satu aspek yang sangat penting adalah guru, sebab guru merupakan ujung tombak proses pendidikan, bak motor guru merupakan mesin pendorongnya. Aktivitas pendidikan dan pembelajaran akan sangat berpengaruh dengan kondisi dan profesionalisme guru.
Fungsi sentral guru adalah mendidik (fungsi educational) . Fungsi sentral ini berjalan sejajar dengan atau dalam melakukan kegiatan mengajar (fungsi instruksional) dan kegiatan bimbingan, bahkan dalam setiap tingkah lakunya dalam berhadapan dengan murid (interaksi edukatif) senantiasa terkandung funsi mendidik.
Berkaitan dengan fungsi sentral tersebut, maka begitu pentingnya guru dalam proses pendidikan dan hasil yang akan dicapai dalam pendidikan itu sendiri, meskipun indikator yang akan menentukan berhasil atau tidaknya output dan outcome dari pendidikan tersebut adalah anak didik atau siswa. Di sinilah dituntut adanya profesionalisme guru dalam pendidikan, agar mampu mendongkrak hasil dari pendidikan itu sendiri.
Adapun urgensi guru dalam pendidikan seperti yang dikutip dari pendapat Prof. Dr. Zakiyah Daradjat ada dalam 3 aspek, yakni[3] :
1)      Guru Sebagai Pengajar
Sebagai pengajar, guru bertugas mebina perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Guru mengetahui bahwa pada ahkir setiap satuan pelajaran kadang-kadang hanya terjadi perubahan pada perkembangan pengetahuannya saja.
Dari sinilah pentingnya sikap dari guru sebagai “pendidik” yakni berusaha mentransferkan nilai kepada anak didiknya agar berkembang tidak hanya aspek kognitifnya, namun juga aspek psikomotorik dan afektifnya.
2)      Guru Sebagai Pembimbing
Dalam peran ini, guru bertindak sebagai guider (penunjuk) dan motivator bagi anak didik untuk berkembang mencapai kedewasaannya. Fungsi sebagai pembimbing dapat terjadi tidak hanya dalam ruang kelas, tetapi juga di luar ruang kelas, sebab peran sebagai pembimbing ini membutukan kontinuitas dan keuletan.
Termasuk dalam hal ini adalah fungsi guru dalam bimbingan dan konseling di sekolah, meskipun hal tersebut bukan termasuk dalam jam pelajaran atau sistem klasikal.
Dengan adanya peran ini, maka akan tercipta keseimbangan dalam 3 aspek kopetensi tersebut.
3)      Guru sebagai administrator
Dalam hal ini guru bukan bertindak sebagai pegawai tata usaha atau staf kantor, namun fungsi ini lebih ke dalam manajemen guru itu sendiri. Manajemen tersebut dapat berupa manajemen kelas (pengelolaan kelas), manajemen pembelajaran (dalam mengatur rencana pelaksaan pembelajaran) maupun manajemen yang berhubungan dengan interaksi guru dengan murid maupun guru dengan warga sekolah (lebih kepada manajemen diri guru).
Dengan managing yang baik, maka akan menunjang lancar atau tidaknya proses pembelajaran dan penerapan transfer nilai yang dilakukan.

C.     URGENSI GURU DALAM KTSP
KTSP yang mulai diberlakukan secara nasional pada tahun 2006 jelas berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Perbedaan yang paling mendasar adalah bahwa KTSP merupakan produk matang dari UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional yang bernafaskan sistem desentralisasi dan otonomi satuan pendidikan.[4]
Ada dua hal penting yang membedakan KTSP dengan kurikulum sebelumnya, yakni
1)      Diberlakukannya kurikulum yang berdiversivikasi (kurikulum yang bernafas pada variasi dan inovasi masing-masing satuan pendidikan dengan kompetisi yang sehat dan bermutu),
2)      Adanya standarisasi pendidikan (yang didasarkan pada PP. No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan).
Berlakunya kurikulum yang diversivikasi mau tidak mau harus memacu setiap satuan pendidikan yang ada untuk menciptakan keunggulan pada satuan masing-masing. Dalam satuan pendidikan semua warga sekolah (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, komite sekolah maupun dewan pendidikan) harus secara pro-aktif mengembangkan potensi yang dimiliki, di sinilah pentingnya guru sebagai ujung tombak penerapan kurikulum yang berbasis desentralisasi dan diversivikasi tersebut (KTSP).
Dalam hal ini tampak jelas bagaimana urgensi guru dalam KTSP, yakni:
a)      Guru sebagai pelaksana kurikulum
Sudah jelas bahwa guru merupakan salah satu komponen yang tidak bisa dipisahkan dari pelaksanaan kurikulum.
Dalam menjalankan fungsi sebagai salah satu pelaksana kurikulum adalah dengan menciptakan iklim belajar yang kondusif dan nyaman yakni :
1)      Menyediakan pilihan bagi peserta didik baik yang lambat maupun cepat dalam melakukan tugas pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong dan memotivasi semangat bagi seluruh peserta didik berdasar kemampuan mereka masing-masing.
2)      Memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang kurang berprestasi atau berprestasi rendah.
3)      Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, aman dan nyaman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal.
4)      Menciptakan kerja sama saling menghargai, baik antar peserta didik, maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola pembelajaran lain.
5)      Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran.
6)      Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama.
7)      Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran dengan mengedepankan evaluasi diri sendiri (self evaluation).
Begitu penting peran guru dalam pelaksanaan kurikulum sehingga untuk keberhasilan KTSP itu sendiri maka guru diharapkan untuk kreatif, inovatif, mandiri dan mampu bekerja sama dengan komponen pembelajaran yang lain. Peran guru yang optimal akan semakin memperbesar keberhasilan penerapan KTSP dalam setiap satuan pendidikan.
b)     Guru sebagai pengembang kurikulum
Dalam hal pengembangan kurikulum (KTSP) peran guru juga penting, yakni dalam hal menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Fungsi dari RPP adalah untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan secara efekrtif dan efisien .
Guru merupakan pengembang kurikulum bagi kelasnya, yang akan meterjemahkan, menjabarkan, dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum kepada peserta didik.
Adapun sebagai developer terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam membuat RPP yaitu :
1)      Mengidentifikasikan dan mengelompokkan kompetensi yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran.
2)      Mengembangkan materi standar. Materi standar mencakup tiga aspek yakni ilmu pengetahuan (kognitif), proses (psikomotorik) dan nilai (afektif). Di sinilah tugas guru untuk mengembangkan standar yang sudah ada menjadi bahan jadi yang siap dikonsumsi oleh siswa.
3)      Menentukan metode. Metode merupakan jalan atau kondisi yang mendorong siswa untuk termotivasi dlam proses yang sedang dijalankan sehingga tercipta kondisi pembelajaran yang nyaman dan menarik (joyful learning). Dengan terciptanya kondisi yang kondusif, maka proses pembelajaran yang dilaksanakan diharapkan akan mencapai tujuan yang diharapkan.
c)      Profesionalisme guru sangat penting dalam berhasil atau tidaknya kurikulum tersebut
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa KTSP menuntut seluruh komponen satuan pendidikan untuk berpacu dan berkompetisi dengan satuan pendidikan lain untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
Guru yang tidak profesional akan memperlambat pengembangan potensi dari satuan pendidikan tersebut sehingga akan tertingal atau kalah mutu dengan satuan pendidikan yang lain. Maka dengan kata lain mau tidak mau setiap satuan pendidikan harus bersendikan guru-guru yang profesional.
Adapun kemampuan dasar profesionalisme guru yang harus dimiliki menurut Zainal Aqib adalah :
1)      Kemampuan menguasai bahan pelajaran
2)      Kemampuan mengelola program belajar-mengajar
3)      Kemampuan mengelola kelas
4)      Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar
5)      Kemampuan menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
6)      Kemampuan mengenal program layanan BK di sekolah
7)      Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
8)      Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran
Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan implementasi KTSP, karena gurulah yang pada akhirnya akan melaksanakan kurikulum di kelas. Guru merupakan garda terdepan dalam implementasi KTSP. Guru merupakan kurikulum berjalan sebab sebaik apapun kurikulum itu dan sebaik apapun sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung guru yang memenuhi syarat, maka semuanya akan sia-sia. Tanpa upaya peningkatan mutu dari guru, maka tujuan pendidikan tidak akan mencapai harapan yang diinginkan.


URGENSI GURU DALAM KTSP
BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN

1.      Urgensi guru dalam pendidikan adalah sebagai ujung tombak proses pendidikan, bak motor guru merupakan mesin pendorongnya. Aktivitas pendidikan dan pembelajaran akan sangat berpengaruh dengan kondisi dan profesionalisme guru.

2.      Urgensi guru dalam KTSP adalah
a)      Guru sebagai pelaksana kurikulum
b)      Guru sebagai pengembang kurikulum
c)      Profesionalisme guru sangat penting dalam berhasil atau tidaknya kurikulum tersebut


DAFTAR PUSTAKA


1.      Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya.

2.      Daradjat, Zakiyah, dkk. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara

3.      Kunandar. 2007. Guru Profesional; Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.


[1] Kunandar. 2007. Guru Profesional; Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm. 48
[3] Zakiyah Daradjat, dkk. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara

[4] E. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya. Hlm. 20

PROPOSAL SKRIPSI




IMPLEMENTASI MEDIA AUDIO VISUAL PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMUN BANDAR KEDUNG MULYO JOMBANG
TAHUN AJARAN 2011/2012

A.           Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar.[1] Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan zaman. Teknologi pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang menggunakan alat-alat tehnik yang sebenarnya dihasilkan bukan khusus untuk keperluan pendidikan akan tetapi dapat dimanfaatkan dala mpendidikan seperti radio, televisi, film, oberhead projector, video, tape recorder, dan lain-lain. Alat-alat ini dalam metodologi pengajaran lazim disebut alat peraga, alat pengajaran audio visual dalam teknologi pendidikan alat-alat itu disebut hardware dan software.[2]
Guru biasanya dihadapkan dengan banyaknya bahan audio visual, sehingga sering sulit bagi mereka untuk memilih hal-hal yang paling banyak dapat menolongnya dalam tuas-tugasnya. Namun demikian sekali tujuan-tujuan belajar serta struktur bahannya telah ditentukan, guru lebih mudah memilih bahan-bahan audio-visual yang dapat lebih membantu para siswa untuk mencapai tingkat penguasaan yang dibutuhkan.[3] Alat-alat audio visual ada faedahnya kalau yang menggunakan telah mempunyai keterampilan yang lebih dari memadai dalam penggunaannya, beberapa cara menggunakan alat-alat audio visual yaitu dengan adanya persiapan, pelaksanaan dan kegiatan lanjutan.[4]
Begitu juga dengan adanya Pendidikan Agama Islam, upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, dan saling menghormati.[5] Serta usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa memahami ajaran
Berdasarkan landasan penelitian inilah, peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang penggunaan media audio visual, sehingga pada waktu pembelajaran PAI siswa lebih giat lagi untuk belajar dengan adanya media tersebut. Dari sinilah penulis ingin mengadakan penelitian di SMA Bandar Kedungmulyo Jombang.

B.            Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.             Bagaimana implementasi media audio visual pada mata pelajaran PAI di SMAN Bandarkedungmulyo Jombang?
2.             Bagaimana hasil belajar siswa setelah guru menggunakan media audio visual pada mata pelajaran PAI di SMUN Bandarkedungmulyo Jombang?
3.             Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan audio-visual?

C.           Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini betujuan:
1.             Untuk mendeskripsikan implementasi media audio visual pada mata pelajaran PAI di SMAN Bandarkedungmulyo Jombang
2.             Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah guru menggunakan media audio visual pada mata pelajaran PAI di SMUN Bandarkedungmulyo Jombang
3.             Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan audio-visual

D.           Definisi Operasional
Implementasi       :    Adalah suatu proses penerapan ide, konsep kebijakan atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa peubahan, pengetahuan, ketearmpilan, nilai dan sikap.
Media                  :    Adalah sesuatu yang besifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audiens (siswa) sehingga dpat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audiens (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan individu merkea sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.[6]
Audio-Visual        :    Adalah alat-alat “audivle” artinya dapat didengar dan alat-alat “visible” artinya dapat dilihat. Alati-alat audio-visual gunanya untuk membuat cara berkomunikais menjadi efektif. Media audio-visual merupakan bentuk media pengajaran yang terjangkau.[7]
PAI                      :    Menurut Zuhairini Pendidikan Agama Islam adalah “usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.[8] Sementara D. Marimba mendefinisikan Pendidikan Agama Islam “bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam menuju kepada tebentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran Islam.[9]

E.            Kajian Pustaka
1.             Media Pembelajaran
Pengertian
Media menurut istilah ada beberapa pendapat menurut para ahli, yaitu:
1)             Gagne menyatakan bahwa, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa, yang dapat merangsangnya untuk belajar.[10]
2)             Ahmad Rohani menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat diindera yang berfungsi sebagai perantara, sarana, alat untuk proses komunikasi.[11]
2.             Tinjauan Tentang Media Audio-Visual
a.             Pengertian Audio Visual
Teknologi audio-visual merupakan cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual. Pengajaran melalui media audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti: televisi, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar.[12]
b.             Kriteria Media Audio-Visual
Dalam pengelompokan audio-visual dapat dibagi menjadi dua kategori yang dapat membedakannya, antara lain:
1)             Media opsional atau media pengayaan.
2)             Media yang diperlukan atau yang harus digunakan.
Adapun ciri-ciri utama media audio-visual adalah sebagai beikut:
1)             Bersifat linear
2)             Menyajikan visual yang dinamis
3)             Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya ole pearncang atau pembuatnya
4)             Representasi fisik dari gagasan real dan abstrak
5)             Dikembangkan menurut prinsip psikologi behaviorisme dan kognitif.
6)             Umumnya berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan inteaktif murid yang rendah.[13]
c.             Jenis-Jenis Media Audio-Visual
Diantara jenis-jenis media audio-visual lain Televisi, Proyektor transparasi (OHP), Video, Komputer/laptop dan lain-lain.
d.            Fungsi dan Manfaat Media Audio-Visual
Diantara fungsi media audio-visual diantaranya adalah:
1)             Dapat mempermudah orang yang menyampaikan dan memudahkan dlam menerima suatu pelajaran atau informasi
2)             Mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang hal-hal yang bekaitan dengan materi.
3)             Lebih mengena dalam ingatan
4)             Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing
e.             Tahapan Penggunaan Media Audio-Visual
Diantara tahapan penggunaan media audio-vidual adalah sebagai berikut:
1)             Merumuskan tujuan pengajaran
2)             Persiapan guru
3)             Persiapan kelas
4)             Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media
5)             Lengkah kegiatan belajar siswa
6)             Langkah evaluasi pengajaran
f.              Faktor Kelebihan dan Kekurangan Media Audio-Visual
1)             Perpaduan teks dan gambar akan menambah menarik informasi yang disajikan secara vebal dan visual
2)             Pada teks teprogram, siswa akan bepartisipasi atau berinteraksi dengan aktif karena harus memberi respon terhadap petanyaan dan latihan yang disusun.
3)             Menampilkan obyek besar yang tidak mungkin dibawa ke dalam kelas, misalnya gambar gunung, batu dan lain-lain
4)             Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan beusaha sendiri pada setiap siswa
5)             Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi kepahaman yang bersifat verbalisme. Misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah, maka digunakanlah film.
Adapun kekurangan-kekurangan yang dapat ditampilkan pada media audio-visual adalah:
1)             Kecepatan merekam dan pengaturan tek yang bermacam-macam menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin perekam yang bebeda dengannya.
2)             Film dan video yang tersedia selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirangcang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri
3)             Pengadaan film atau video umumnya memerpukan biaya yang mahal dan waktu yang banyak
4)             Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak ada hubungan pribadi dengan guru, dan siswa bisa jadi besikap pasif selama penayangannya
3.             Pendidikan Agama Islam
a.             Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar atau kegiatan yang disengaja dilakukan untuk membimbing sekaligus mengarahkan anak didik menuju terbentuknya pribadi yang utama (insan kamil) berdasarkan nilai-nilai etika islam dengan tetap memelihara hubungan baik terhadap Allah Swt (HablumminAllah) sesama manusia (hablumminannas), dirinya sendiri dan alam sekitarnya.
b.             Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama itu menjadi dua bagian dengan uraian sebagai berikut :
1)             Tujuan Umum
Tujuan umum pendidikan di atas berarti Pendidikan Agama bertugas untuk membimbing dan mengarahkan anak didik supaya menjadi muslim yang beriman teguh sebagai refleksi dari keimanan yang telah dibina oleh penanaman pengetahuan agama yang harus dicerminkan dengan akhlak yang mulia sebagai sasaran akhir dari Pendidikan Agama itu.
2)             Tujuan Khusus
Tujuan khusus Pendidikan Agama adalah tujuan yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan jenjang pendidikan yang dilaluinya, sehingga setiap tujuan Pendidikan Agama pada setiap jenjang sekolah mempunyai tujuan yang berbeda-beda, seperti tujuan.
c.             Ruang Lingkup Ajaran Islam
Ruang lingkup ajaran islam meliputi tiga bidang yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak.[14]

F.            Metode Penelitian
1.             Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitataif deskriptif, maksudnya daya yang dikumpulkan itu berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penarapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjaed kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
Adapun jenis peneltian yan digunakan adalah penelitian kualitatif, karena data yang dipaparkan secara analisis deskriptif. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental tergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya. [15]
2.             Kehadiran Peneliti
Sugiyono mengatakan peneliti kualitatif sebagai human instrument, befungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.[16]
3.             Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bearda di daerah Bandarkedungmulyo Jombang, tepatnya di SMUN Bandarkedungmulyo Jombang yang berada di Ds. Bandarkedungmulyo Kecamatan Bandarkedungmulyo Kab. Jombang.
4.             Sumbe Data
Yang dimaksud sumber data menurut Suharsimi Arikunto aalah subyek dimana data diperoleh, dikutip oleh Moeloeng, sumber data utama penelitian kualitatif ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan sepeti dokumen dan lain-lain.[17]
a.             Sumber Data Utama (primer)
b.             Sumber data tambahan (sekunder)
5.             Prosedur Pengumpulan Data
Diantara prosedur pengumulan data pada penelitian ini adalah:
a.             Metode observasi atau pengamatan, yaitu menatap kejadian, geark atau proses.[18]
b.             Metode wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu.[19]
c.             Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang beupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalan dan lain-lain.[20]
6.             Tehnik Analisis Data
Sugiyono mengatakan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang dipele dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipalajri dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.[21]
7.             Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moelong yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:[22]
a.             Mendemonstrasikan nilai yang benar
b.             Menyediakan dasar agar hal itu dapat ditearpkan dan
c.             Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya
8.             Tahap-Tahap Penelitian
Diantara tahap-tahapnya adalah:
a.             Tahap Pra Lapangan
b.             Tahap pekerjaan lapangan

G.           Sistematika Penulisan
Untuk membentuk jalan pikiran yang sistimatis oleh karena penulis pada pembahasan skripsi ini terdiri dari bab-bab  dan sub bab yaitu:
Bab satu tentang pendahuluan yang bneisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitia, ruang lingkup pembahasan, tinjauan pustaka, metode penlitia, sistematika pembahasan.
Bab dua tentang kajian teri yang mengupas tentang media pembelajaran, pengetia audio visual, macam-macam audio visual, fungsi audio visual, karakteristik audio visual, manfaat audio visual, hasil belajar, tujuan hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, mata pelajaran PAI, ruang lingkup PAI, tujuan dan fungsi PAI.
Bab tiga tentang metode penelitian, yang pada bab ini beisikan tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, tehnik pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data.
Bab empat tentang memaparkan tentang sejarah SMUN Bandarkedungmulyo Jombang, visi dan misi, tujuan, struktur organisasi, daftar guru, data keadaan siswa, sarana prasarana, penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI yang mencakup tentang tujuan guru, proses penggunaan media audio visual, dan hasil belajar siswa setelah menggunakan media audio visual pada mata pelajaran PAI di SMUN Bandarkedungmulyo Jombang.
Bab lima tentang pembahasan hasil penelitian yang beisi tentang penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMUN Bandarkedungmulyo Jombang yang mencakup tentang tujuan guru, proses penggunaan media audio visual, dan hasil belajr siswa setelah menggunakan media audio visual.
Bab enam merupakan bab teakhir yang berisi penutup yang meliputi, kesimpulan dan saran-saran.




DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Asnawir, Usman Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.
Danim, Sudarwan. 1994. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Davies, Ivor K.. 1991. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Drajat, Zakiah, 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara
Tafsir, Ahmad, 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Hamzah, Amir. 1985. Media Audio-Visual. Jakarta: PT Graqmedia.
Haryati, Mimin. 2007. Model dan Tehnik Penilaian pada Tingkatan Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
Jaya, Wina. 2005. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. Ke 2.
Marimba, D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1989. Cet. Ke-8.
Moloeng, Lexy. 2007. Metodologi Peneltian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Nasution. 2005. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Riyanto, Yatim. 2006. Pengembangan Kurikulum dan Seputar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), IKAPI : Universiti Press.
Shaleh, Abdul, Rahman, 2005.  Pendidikan Agama dan Pembangunan Untuk Bangsa.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Team Didaktik Metode Kurikulum IKIP Surabaya. 1995. Metodik Kurikulum Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
UUD RI No. 20 th. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika
Zuhairini. 1983. Metode Pendidikan Agama. Malang: Biri Ilmiah, Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel. Cet. Ke-8.
Zuhaerini, 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha Nasional.


[1] Azhar Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.. hlm. 2
[2] Nasution. 2005. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 2
[3] Ivor K. Davies. 1991. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm. 150
[4] Oemar Hamalik. 1985. Media Pendidikan. Bandung: alumni. Hlm. 141-143
[5] Abdul Majid dan Dian Andayani. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. Ke 2. Hlm. 130
[6] Usman Basyiruddin Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers. Hlm. 1
[7] Amir Hamzah. 1985. Media Audio-Visual. Jakarta: PT Graqmedia. Hlm. 11
[8] Zuhairini. 1983. Metode Pendidikan Agama. Malang: Biri Ilmiah, Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel. Cet. Ke-8. Hlm. 27.
[9] Marimba, D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1989. Cet. Ke-8. Hlm. 23.
[10] Arif Sadiman dkk. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 3
[11] Ahmad Rohani. 2007. Media Intruksional Edukatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada. Hlm. 3
[12] Azhar Arsyad, op.cit. hlm. 30
[13] Azhar Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo. Hlm. 31
[14] Ibidl, hlm. 162
[15] Lexy Moloeng. 2007. Metodologi Peneltian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Hlm. 4
[16] Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hlm. 306
[17] Lexy, op.cit. hlm. 157.
[18] Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 189
[19] Lexy, op.cit. hlm. 135
[20] Suharsimi Arikunto, op.cit. hlm. 206
[21] Sugiyono, op.cit. 335
[22] Lexy Moeloeng, op.cit. hlm. 320