WELCOME TO OUR KNOWLEDGE

Selamat Datang...
Koleksi makalah untuk temen-temen S1 Jurusan Tarbiyah beserta tulisan-tulisan menarik lain

Jumat, 08 Oktober 2010

Makalah Pendidikan Akhlak

AKHLAK TERHADAP
ALLAH DAN RASULNYA


MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pendidikan Akhlak”

Dosen Pembimbing:
Drs. H. Bisri Djalil, M. Pd. I












Oleh:
Wahyu Irvana
Ridyatul Rif’atun Ni’amah





SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM “MIFTAHUL ‘ULA”
( S T A I M )
FAKULTAS TARBIYAH PRODI S-1 PAI
NGLAWAK KERTOSONO NGANJUK
Maret 2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tidak hanya bagi umat Islam, namun juga bagi orang-orang yang tidak percaya dengan Islam, bahkan yang memusuhi Islam sekalipun. Islam yang hadir pada saat manusia dalam kegelapan dan kebekuan moral, telah merubah dunia dengan wajah baru, terutama dalam hal “revolusi akhlak”.
Nabiyyuna Muhammad SAW di utus, tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia dari kebiadaban menuju umat yang berkedaban, sebagaimana sabda beliau SAW: “Sesungguhnya aku diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak” . Oleh karena itu sudah selayaknya kita sebagai pengikut beliau untuk mengikuti sunnah-sunnah beliau, salah satunya adalah berakhlak sesuai dengan akhlak Nabi SAW. Begitu pentingnya akhlak, maka dalam makalah ini akan dibahas akhlak terhadap Allah SWT dan rasulNya, yakni Nabi Muhammad SAW.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian akhlak?
2. Bagaimana akhlak terhadap Allah SWT?
3. Bagaimana akhlak terhadap rosululloh SAW?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari akhlak.
2. Untuk Mengetahui bagaimana akhlak terhadap Allah SWT.
3. Untuk mengetahui akhlak terhadap rosululloh SAW

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Akhlak dapat didefinisikan dari dua sudut, yakni dari sudut kebahasaan (etimologi), dan dari sudut istilah (terminologi). Dari sudut kebahasaan akhlak berarti perangai, tabiat (kelakuan atau watak dasar), kebiasaan atau kelaziman, dan peradaban. Dalam kamus Al Mu’iam Al Falsafi, akhlak mengandung pengertian agama.
Akar kata dari akhlak adalah dua kata, yakni khilqun (tabiat) dan khulqun (makhluk), sebagaimana dapat kita jumpai dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits:


“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung dan luhur” (QS. Al-Qalam:4)


“Bahwasanya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq (budi pekerti)”
(HR. Ahmad)
Adapun pengertian akhlak secara terminologi dapat kita jumpai dari pendapat beberapa ulama’:
o Imam Al-Ghazali mendefinisikan akhlak:
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.


o Syekh Ibrahim Anis mendefinisikan akhlak:
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan
Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa ada pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri seseorang yang tanpa adanya paksaan atau tekanan dari luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, jadi bukan karena main-main atau sandiwara.

B. Akhlak terhadap Allah SWT.
Allah Azza Wa Jalla telah mengaruniakan berbagai kenikmatan dan karunai yang tiada terhitung banyaknya, salah satunya adalah akal pikiran, sehingga dengan akal tersebut manusia dapat berbeda dengan hewan yang lainnya. Maksudnya hidup tidak hanya untuk makan, bekerja, minum, tidur, begitu dan selalu begitu berulang-ulang. Kalau memang begini adakah beda antara manusia dengan hewan yang lain??.
Setidak-tidaknya ada empat alasan mengapa kita harus berakhlak kepada Allah Sang Khalik, yakni:
1. Allah lah yang menciptakan manusia, jadi apakah pantas sesuatu yang telah diciptakan oleh Yang Maha Pencipta tidak memiliki akhlak kepadaNya?
2. Allah lah yang memberi perlengkapan yang sempurna kepada manusia. Misalnya kelengkapan indera dan keelokan bentuk manusia.
3. Allah lah yang telah menciptakan dan menyediakan sarana dan berbagai bahan yang dapat dipergunakan oleh manusia.
4. Allah jualah yang telah memuliakan manusia dengan menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi, ini terlihat dari potensi yang telah diberikan oleh Allah untuk manusia dengan dapat menguasai daratan, lautan dan udara.
Namun dengan demikian tidaklah menjadi alasan bahwa Allah SWT butuh disembah dan diagungkan oleh makhlukNya, bagi Allah baik manusia mau menyembahNya ataupun tidak, maka tidak akan mengurangi kebesaran dan kemuliaanNya. Hanya saja sudah seharusnya manusia, sebagai ciptaan Allah, menunjukkan akhlak yang baik kepadaNya.
Di antara beberapa akhlak yang perlu dilakukan manusia kepada khaliknya adalah:
a. Tidak menyekutukan Allah SWT
Hanya Allah lah Tuhan yang patut disembah, dan hanya Allah lah Tuhan yang pantas diagungkan, oleh karena itu tidak ada alasan apapun bagi manusia untuk menyekutukanNya. Adapun amal manusia seharusnya hanya ditujukan untuk Allah SWT. sehingga manusia harus membuang jauh-jauh riya’ (menampakkan amal/beramal agar dilihat oleh orang lain).
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah tersesat sejauh-jauhnya
(QS. An-Nisa’:16)
b. Bertakwa kepada Allah SWT
Bertakwa berarti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarangNya. Ini sudah menjadi konsekuensi manusia, sebagai wujud penghambaan diri kepadaNya.
...Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. An-Nuur:35)

c. Mencintai Allah SWT
Allah Dzat Yang Maha Pemurah, mencintai seluruh hambaNya, bagaimana mungkin sesuatu yang berstatus “hamba” malah tidak mencintaiNya??. Padahal bila dinalar secara akal, yang lebih wajib mencintai adalah sang hamba itu sendiri.
Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?(QS. An-Nahl:72)
d. Ridha dan Ikhlas terhadap segala keputusan Allah SWT
Pada hakikatnya yang berhak hanyalah Allah SWT, apapun yang telah Allah putuskan bagi makhlukNya adalah yang terbaik, jadi sudah seharusnya tidak ada keluh kesah bagi manusia untuk menggerutu segala keputusan Allah.
e. Bersyukur kepada Allah SWT
Tidak ada yang lebih pantas bagi sesuatu “yang telah diberi” selain berterimakasih dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah diberikan untuk tujuan diberikannya. Adapun manusia yang telah diberi banyak kenikmatan, seharusnya selalu bersyukur kepadaNya.
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-Baqarah:152)
f. Memohon, berdoa, dan beribadah hanya untuk Allah SWT
Sudah menjadi kaidah umum, bahwa manusia yang telah diberi begitu banyak karunia, nikmat dan rahmat oleh Allah harus senantiasa lurus kepadaNya. Dalam artian bahwa ketulusan yang murni, dan tidak dicampuri kepentingan yang bukan di jalan Allah, harus dilaksanakan oleh manusia tersebut.
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (QS. Al-Fatihah:5)

g. Senantiasa mencari keridhaan Allah SWT
Apakah yang lebih baik bagi seorang hamba selain tuan yang ridha terhadapnya?? Jawabannya tidak akan ada, karena ridha Allah SWT sebagai tuan seluruh manusia adalah hakikat tertinggi pencapaian manusia dalam mendekatkan diri kepadaNya, dan itu merupakan hal tertinggi yang diinginkan semua manusia pada fitrahnya.
Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (QS. Al-Fath:9)
C. Akhlak terhadap Rosululloh SAW.
Manusia sebelumnya berada dalam kegelapan, sampai Allah mengutus rasulNya untuk memberikan pencerahan kepada manusia. Adapun di antara akhlak kita kepada Rosullulloh SAW adalah:
a) Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul
Ridha dalam beriman kepada Rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadits Nabi Saw:
Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul .
b) Mencintai dan Memuliakan Rasul
Manakala seseorang yang telah mengaku beriman tapi lebih mencintai yang lain selain Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah Saw tidak mau mengakuinya sebagai orang yang beriman, beliau bersabda:
Tidak beriman seseorang diantara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan semua manusia

c) Mengikuti dan Mentaati Rasul
Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan.
Allah berfirman yang artinya: Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka
(QS An Nisaa:80).
d) Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul
Sesungguhnya orang yang paling utama kepadaku nanti pada hari kiamat adalah siapa yang paling banyak bershalawat kepadaku
e) Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:
Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku
f) Menghormati Pewaris Rasul
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah Saw:
Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil bagian yang besar
g) Melanjutkan Misi Rasul
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka
Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad SAW.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.
2. Ada beberapa alasan mengapa kita harus berakhlak baik kepada Allah SWT, antara lain:
 Allah lah yang menciptakan manusia
 Allah lah yang memberi perlengkapan yang sempurna kepada manusia.
 Allah lah yang telah menciptakan dan menyediakan sarana dan berbagai bahan yang dapat dipergunakan oleh manusia.
 Allah jualah yang telah memuliakan manusia dengan menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi.
3. Adapun akhlak kepada Allah SWT antara lain:
a. Tidak menyekutukan Allah SWT
b. Bertakwa kepada Allah SWTMencintai Allah SWT
c. Ridha dan Ikhlas terhadap segala keputusan Allah SWT
d. Bersyukur kepada Allah SWT
e. Memohon, berdoa, dan beribadah hanya untuk Allah SWT
f. Senantiasa mencari keridhaan Allah SWT
4. Adapun akhlak kita terhadap Rosululloh SAW antara lain:
Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul, Mencintai dan Memuliakan Rasul, Mengikuti dan Mentaati Rasul, Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul, Menghidupkan Sunnah Rasul, Menghormati Pewaris Rasul, Melanjutkan Misi Rasul.

DAFTAR PUSTAKA



1. Drs. H. Ali Anwar Yusuf, M. Si. 2003. Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

2. Sayyid Ahmad Hasyimi Al-Mishri. Tt. Mukhtar Al-Ahadits An-Nabawiyyah. Surabaya: Haromain Jaya.

3. Drs. Umar Barmawi. 1976. Materi Akhlak. Bandung: CV. Ramadhani.

Tidak ada komentar: